Beberapa hari yang lalu saya mengikuti
sebuah pengajian yang sangat menarik di daerah Bantul, Yogyakarta. Di sana
sempat dibahas mengenai pengobatan-pengobatan penyakit. Sang pembicara membahas
mengenai definisi sakit yang multidimensi, sebagai contoh saat orang mengaku
sakit kepala/pusing dan orang yang sakit tersebut datang ke dokter, selayaknya
dokter pasti akan mendiagnosis penyakit tersebut secara fisik hal ini akan
berbeda apabila dia datang ke seorang Psikolog yang dimungkinkan sakit kepala
tersebut dapat saja berasal dari psikis orang tersebut sebagai contoh karena
putus cinta, usaha yang mengalami kebangkrutan atau kondisi tempat bekerja yang
kurang kondusi/nyaman dan kerjaan yang menumpuk. Berbeda lagi apabila orang
tersebut datang ke dukun, diagnosis dukun bisa saja mengatakan sakit tersebut
dikarenakan karena ada orang yang usil atau tidak suka sehingga mengirim
semacam santet kepada orang tersebut. Dalam contoh diatas cara penyembuhan
orang sakit kepalapun akan berbeda-beda, dan hasilnya bisa diyakini
kesembuhannya.
Selang beberapa hari kemudian saat saya
sedang asik didepan komputer untuk berinternet ria saya membuka situs video
yang menayangkan bapak Jokowi yang sedang standup comedy, dan dalam ceritanya
yang di akui kejadian nyata adalah sempat beberapa kali beliau ketika menjabat
walikota Solo didatangi warganya yang uniknya bukan untuk berkeluh kesah
mengenai kebijakan publik beliau atau fasilitas umum di Solo namun warganya
datang membawa anaknya yang sakit dan minta untuk disembuhkan, pak Jokowi
sebenarnya bingung juga karena beliau bukan dokter namun akhirnya beliau
mencoba untuk memenuhi permintaan warganya untuk menyembuhkan anaknya dengan
cara membacakan suratan dalam kitab suci dan mengusap wajah sang anak, ajaibnya
keesokan hari anak tersebut sembuh. Bukan hanya itu, sempat datang juga
kekediaman pak Jokowi orang yang membawa kerabatnya yang kesurupan dan minta
untuk disembuhkan, tak ayal hal tersebut membuat pak walikota bingung karena
beliau bukan seorang dukun. Dalam cerita tersebut akhirnya pak walikota pergi
menuju lemari pendingin dan mengambil es batu untuk beliau genggam, selang
beberapa saat beliau mendatangi orang yang kesurupan tersebut dan membasuh
wajahnya dengan tangan yang diyakini pasti dingin sambil membaca suratan kitab,
alhasil tanpa diduga orang tersebut sadar. Saktikah pak Jokowi?
Ada cerita lagi persis dua minggu yang
lalu, tetangga saya di kampung yang sakit radang pergi menuju dokter untuk
berobat, karena dokter langganan beliau yang diyakini olehnya dan warga lain
itu sangat hebat dan manjur sedang libur praktek akhirnya terpaksa beliau pergi
ke dokter lainnya. Setelah beberapa hari kemudian sakitnya tak kunjung sembuh,
sehingga hal ini membat saya penasaran untuk mengecek obat yang diberikan
dokter karena dalam pikiran saya mungkin saja obat yang diberikan itu kurang
berkhasiat. Tepat di hari ke-5 meminum obat dari sang dokter tapi tidak kunjung
sembuh, tetangga saya tersebut kemudian berobat kembali ke dokter yang kali ini
adalah dokter langganan beliau dan warga lainnya. Dua hari kemudian sembuhlah
tetangga saya tersebut, karena penasaran saya kembali mengecek jenis obat yang
sangat berkhasiat dalam pikiran saya. Hal yang cukup menarik perhatian saya
setelah mengecek jenis obat tersebut adalah obat yang diberikan dokter kali ini
sebenarnya sama saja jenis dan merk nya dengan obat yang diberikan dokter
sebelum ini. Saktikah dokter tersebut?
Dalam cerita diatas saya mendapatkan
pelajaran, bahwasanya setiap sakit itu bisa disembuhkan dan saya tidak bisa
menyalahkan orang-orang yang sakit itu pergi berobat ke dukun atau ke
pengobatan alternatif lainnya walaupun secara rasional tidak mudah untuk
difahami perilaku orang-orang tersebut. Kesimpulan saya adalah penyembuhan
bukan dilihat dari cara seseorang menyembuhkan penyakit tapi dilihat dari
seberapa yakin orang yang sakit tersebut dapat sembuh oleh orang yang dimintai
tolong menyembuhkan. Atau lebih tepatnya keyakinan orang yang sakit kepada
Tuhan yang akan menyembuhkannya apabila dia berobat ke orang tertentu yang dia
yakini.
Dari beberapa cerita senada seperti
diatas saya melihat bahwasanya orang yang terlihat sakti dapat menyembuhkan
memiliki ciri-ciri orang tersebut dianggap mempunyai pengaruh yang besar dalam
lingkungan masyarakat, hal ini bisa disebabkan karena perilaku orang tersebut
dinilai baik, setiap perilakunya dapat menyejukan orang sekitar sehingga
tingkat kepercayaan masyarakat itu meningkat. Kepercayaan itulah yang
menjadikan tingkat keberhasilan dalam menyembuhan juga tinggi. Namun bukan hal
yang mudah juga untuk menjadi orang yang berpengaruh? karena kebaikan yang
dikerjakan harus senada dengan ucapan dan perilaku serta tulus, tapi juga bukan
tidak mungkin kita bisa menjadi seperti orang tersebut. Mungkin hal ini juga
yang akhirnya menjadikan Pak Soekarno dan para orang hebat lainnya di negeri
ini dianggap orang sakti??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar