Sabtu, 03 Januari 2015

Mimpi dan Keberuntungan (Move On, Dude!)


Pergantian tahun sering kali menjadi salah satu moment untuk merefleksikan sejenak mengenai apa yang telah kita lakukan setahun belakangan ini. Kisah demi kisah kita coba jajaki dalam dunia visualisasi, mencoba mengawang kembali ke masa lampau selayaknya memasuki lorong waktu doraemon dan berhenti disuatu titik kehidupan masa lalu dan kembali mengurutkan kejadian demi kejadian hingga akhirnya tiba pada masa sekarang, saat dimana sekarang kita duduk dan menginjakkan kaki ke tanah. Seperti apa kita dulu sesekali kita bandingkan dengan diri kita sekarang, sudah kah sampai pada garis cita-cita yang telah diimpikan kala itu atau memang kita sudah mulai merasakan garis itu tampak semakin dekat.

Dekat atau jauhnya sebuah impian tentunya hanya dapat dirasakan bagi para sobat yang telah benar-benar mempunyai gambaran secara spesifik mengenai impian mereka. Para sobat yang dapat menjelaskan atau menuliskan secara gamblang apa yang menjadi impiannya, dapat menjawab dengan baik setiap pertanyaan kapan impian tersebut akan tercapai dan seberapa realistis impian itu dapat terwujud. Mimpi yang coba kita bicarakan sekarang tentunya bukan mimpi kala kita tidur, melainkan sebuah gambaran masa depan yang hendak kita capai dengan usaha serta doa sebagai kendaraannya. Mimpi yang bukan dalam arti bunga tidur ini sering kali mengecohkan rekan-rekan kita disana, dimana mimpi yang mungkin mereka maksud adalah gambaran masa depan namun dalam proses memaknainya seperti mimpi bunga tidur yang sangatlah tidak mungkin untuk kita menjangkaunya.

Mimpi tidak harus dimaknai sebuah sesuatu yang sulit untuk kita capai dan membutuhkan pengorbanan berlebihan, mimpi adalah sebuah kebaikan yang tumbuh dari hati nurani kita untuk berbuat sesuatu atau mengasilkan sesuatu dari apa yang kita punyai saat ini ataupun mengembangkan apa yang telah kita miliki saat ini. Sebegitu mudahnya menciptakan serta mewujudkan impian tidak berbanding lurus dengan pikiran kita yang terlalu mudah menerima pemikiran-pemikiran negatif dibandingkan dengan pemikiran serta pemaknaan positif dari setiap hal yang ada di depan kita. Kita yang terkadang tidak percaya diri sering kali ditandai dengan gamang nya kita dalam menghadapi dan memaknai sesuatu, lebih mudah untuk mempercayai pemikiran orang lain ketimbang berpijak pada hati kecil kita sendiri, lebih percaya kepada ketakutan dari pada keberanian. Sebuah tantangan tentunya untuk kita tidak terjerumus kepada pemikiran negatif, hingga tanpa kita sadari tenyata musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri.

Cara mengalahkan musuh tidak melulu dengan memerangi atau menghancurkan musuh tersebut, tetapi dapat dengan cara lain, yaitu dengan negosiasi serta lobbying untuk mengajak berdamai. Hal yang paling mudah untuk mengawali perdamaian adalah dengan cara memaafkan musuh tersebut tanpa di dahului permintaan maaf dari sang musuh. Berdamai dengan diri kita sendiri dapat dimaknai dengan mencoba memaafkan diri kita yang telah mengotori jiwa yang sesungguhnya diciptakan suci ini dengan pemikiran-pemikiran negatif.
Berburuk sangka merupakan salah satu pemikiran negatif yang tentunya cukup di benci oleh Tuhan pencipta kita, terlebih lagi berburuk sangka terhadap diri sendiri. Merasa dirinya sial tak ubahnya buruk sangka terhadap diri sendiri, kesialan yang dialami tentunya tidak berbanding lurus dengan kebaikan Tuhan yang telah memberikan mata kita untuk melihat, memberikan akal untuk berpikir serta memberikan nalar untuk mencerna setiap ayat yang lontarkan Nya.

Tidak jauh beda dengan kesialan, keberuntungan bukanlah hal mewah dan hal sulit untuk kita dapatkan. Keberuntungan hanyalah sebuah ke-GRan (gede rasa) kita. Orang yang selalu GR bahwa dirinya adalah orang yang selalu beruntung atau orang yang selalu percaya bahwa dirinya merupakan orang yang selalu beruntung akan lebih mudah mewujudkan secara nyata keberuntungan tersebut. Bukankah dalam jiwa seseorang yang sukses pasti memiliki kepercayaan serta ke-GRan bahwa apa yang dia lakukan saat ini pasti berhasil dimasa yang akan datang?. Dan pada saat apa yang dia lakukan berhasil, saat itulah keberuntungan lahir.