Setelah sarapan, tedjo membayangkan
perjalanannya dia nanti ke jakarta menggunakan bus pasti akan menyenangkan. Dia
dapat melihat pemandangan yang seolah-olah berjalan meninggalkan dia dan akan
bertemu dengan banyak orang serta berkenalan, syukur-syukur bisa ketemu jodoh
sepanjang perjalanan nanti, gumam dia. Ya, hari ini memang hari yang tedjo
tunggu yaitu hari dimana dia akan melakukan perjalanan jauh untuk pertama kali,
seperti lelaki kebanyakan di desanya yang seolah-olah wajib merantau ke jakarta
untuk mengais rejeki di ibu kota.
Tepat pukul 08.00 pagi tedjo beranjak menuju
terminal bus, setelah sebelumnya pamitan dengan bapak ibunya dan tidak lupa
sanak saudara serta tetangga dekat yang turut mengiringi kepergian pemuda
harapan desa ini. Setumpuk harapan dan doa diucapkan bergantian oleh keluarga,
saudara dan tetangga dalam prosesi resmi pelepasan tedjo untuk merantau. Air
mata mengalir menghiasi wajah ibunda tedjo yang sebenarnya enggan untuk melepas
anaknya, namun demi masa depan yang lebih cerah ibunda tedjo harus rela, beliau
tidak mau tedjo mengalami nasib yang sama dengan dirinya.
Sesampainya di
terminal tedjo langsung bergegas menuju pool bus dimana telah berjejer bus yang
bertuliskan purwokerto – jakarta PP yang tertera di kaca depan bus. Tiket
sebelumnya sudah dia beli dari om jojo yang kebetulan agen bus antar kota antar
propinsi yang juga adik dari ibunya tedjo. Dengan tiket di tangan, kemudian dia
genggam erat sambil berikrar dalam hati “aku
harus jadi orang sukses, jakarta I’m coming”. Sesekali dia melihat kembali
waktu keberangkatan bus yang tertera pada tiket, dimana pukul 10.00 seharusnya
dia berangkat, namun sampai pukul 10.30 tak kunjung ada keberangkatan, berpikir
sejenak kemudian dia melanjutkan aktifitasnya berselancar di dunia maya melalui
smartphone miliknya.
Hingga pukul 12.00 tedjo menunggu tak kunjung ada
tanda-tanda keberangkatan bus, tedjo mulai bosan menunggu. Untuk menghilangkan
kebosanan kemudian tedjo mengajak berbincang seorang kondektur yang sedang
menyantap gorengan dan minum kopi disebuah ruko kecil di dalam terminal, tedjo
bertanya mengenai suka dukanya menjadi kondektur, suka dukanya hidup dijalanan
serta kehidupan keluarga si kondektur. Dari obrolan tersebut tedjo mendapat
pengalaman cerita, betapa hebat seorang ayah berjuang demi dapat menghidupi keluarganya,
tedjo begitu salut terhadap kondetur tersebut, sekali lagi dia berikrar dalam
hati “aku harus jadi orang sukses, harus
dapat membahagiakan keluargaku”.
Di sela-sela obrolan panjang dan sudah
mulai bingung untuk mencari bahan obrolan lainnya, tedjo pun bertanya kepada
sang kondektur “jam berapa kira-kira bus
jurusan jakarta akan berangkat pak?”, “Sudah
tadi jam 10.00 mas, pool keberangkatan ada diseberang deretan ruko kecil itu,
kalau dari pool kedatangan ini, mas tedjo tinggal belok kanan,” jawab si
kondektur. “O o oke pak, kalau begitu
saya ke arah kiri saja” ucap tedjo dengan wajah datar nan lemas, yang
artinya tedjo akan keluar dari terminal dan pulang menuju rumah. Sesampainya di
rumah, tedjo kembali disambut dengan isak tangis oleh ibunya, dan kali ini
ayahnya juga turut menangis.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar