Selasa, 10 April 2018

Tedjo - Merantau


Setelah sarapan, tedjo membayangkan perjalanannya dia nanti ke jakarta menggunakan bus pasti akan menyenangkan. Dia dapat melihat pemandangan yang seolah-olah berjalan meninggalkan dia dan akan bertemu dengan banyak orang serta berkenalan, syukur-syukur bisa ketemu jodoh sepanjang perjalanan nanti, gumam dia. Ya, hari ini memang hari yang tedjo tunggu yaitu hari dimana dia akan melakukan perjalanan jauh untuk pertama kali, seperti lelaki kebanyakan di desanya yang seolah-olah wajib merantau ke jakarta untuk mengais rejeki di ibu kota.

Tepat pukul 08.00 pagi tedjo beranjak menuju terminal bus, setelah sebelumnya pamitan dengan bapak ibunya dan tidak lupa sanak saudara serta tetangga dekat yang turut mengiringi kepergian pemuda harapan desa ini. Setumpuk harapan dan doa diucapkan bergantian oleh keluarga, saudara dan tetangga dalam prosesi resmi pelepasan tedjo untuk merantau. Air mata mengalir menghiasi wajah ibunda tedjo yang sebenarnya enggan untuk melepas anaknya, namun demi masa depan yang lebih cerah ibunda tedjo harus rela, beliau tidak mau tedjo mengalami nasib yang sama dengan dirinya.

Sesampainya di terminal tedjo langsung bergegas menuju pool bus dimana telah berjejer bus yang bertuliskan purwokerto – jakarta PP yang tertera di kaca depan bus. Tiket sebelumnya sudah dia beli dari om jojo yang kebetulan agen bus antar kota antar propinsi yang juga adik dari ibunya tedjo. Dengan tiket di tangan, kemudian dia genggam erat sambil berikrar dalam hati “aku harus jadi orang sukses, jakarta I’m coming”. Sesekali dia melihat kembali waktu keberangkatan bus yang tertera pada tiket, dimana pukul 10.00 seharusnya dia berangkat, namun sampai pukul 10.30 tak kunjung ada keberangkatan, berpikir sejenak kemudian dia melanjutkan aktifitasnya berselancar di dunia maya melalui smartphone miliknya.

Hingga pukul 12.00 tedjo menunggu tak kunjung ada tanda-tanda keberangkatan bus, tedjo mulai bosan menunggu. Untuk menghilangkan kebosanan kemudian tedjo mengajak berbincang seorang kondektur yang sedang menyantap gorengan dan minum kopi disebuah ruko kecil di dalam terminal, tedjo bertanya mengenai suka dukanya menjadi kondektur, suka dukanya hidup dijalanan serta kehidupan keluarga si kondektur. Dari obrolan tersebut tedjo mendapat pengalaman cerita, betapa hebat seorang ayah berjuang demi dapat menghidupi keluarganya, tedjo begitu salut terhadap kondetur tersebut, sekali lagi dia berikrar dalam hati “aku harus jadi orang sukses, harus dapat membahagiakan keluargaku”.

Di sela-sela obrolan panjang dan sudah mulai bingung untuk mencari bahan obrolan lainnya, tedjo pun bertanya kepada sang kondektur “jam berapa kira-kira bus jurusan jakarta akan berangkat pak?”, “Sudah tadi jam 10.00 mas, pool keberangkatan ada diseberang deretan ruko kecil itu, kalau dari pool kedatangan ini, mas tedjo tinggal belok kanan,” jawab si kondektur. “O o oke pak, kalau begitu saya ke arah kiri saja” ucap tedjo dengan wajah datar nan lemas, yang artinya tedjo akan keluar dari terminal dan pulang menuju rumah. Sesampainya di rumah, tedjo kembali disambut dengan isak tangis oleh ibunya, dan kali ini ayahnya juga turut menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar